Cari Blog Ini

Selasa, 30 November 2010

pisang sahabat karib di musim penghujan

Musim penghujan telah tiba, udara dingin dan lembab sehari – hari melingkungi aktifitas kita. Dalam kondisi yang demikian sudah barang tentu tubuh kita dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang tidak bersahabat ini, dengan cara seoptimal mungkin mempertahankan kalori tubuh. Padahal aktifitas kerja kita tiap hari disarankan tidak terpengaruh oleh cuaca yang demikian.

Cara yang bijaksana dalam menjaga stamina kita, agar aktifitas kerja kita tak terganggu adalah mempertahankan pola makan yang berimbang antara intake kalor dan zat gizi yang vital bagi tubuh kita. Seperti kita ketahui bersama bahwa ketahanan tubuh dapat kita pertahankan karena fungsi trace mineral dan multivitamin yang kita konsumsi.

Tentu saja untuk tujuan ini konsumsi zat gizi preparat sangat tidak dianjurkan karena bisa menyebabkan kerusakan organ. Dengan demikian pilihan kita yang tepat adalah mengkonsumsi sumber zat gizi vital dari bahan makanan alami, seperti ikan, daging, sayuran, air susu dan buah – buahan serta lainnya.

Tentunya ibu – ibu akan berpikir, untuk melengkapi menu makan kita di meja makan di musim penghujan ini, pastilah tetap mempertimbangkan menu yang ekonomis tetapi bergizi. Khusus untuk buah-buahan pertimbangan ini akan tercakup apabila Ibu – ibu melengkapkan pisang sebagai pelengkap gizi keluarga, karena pisang adalah salah satu buah yang ekonomis tetapi kaya akan mineral dan vitamin (Vitamin B6, Vitamin C dan Potasum )

Keistimewaan buah pisang dibanding buah lainnya adalah selain mudah didapat, pisang juga mengandung zat gula yang akan mudah dan cepat dicerna menjadi glukosa darah untuk pembentukan energi tubuh (Pusat Penanganan Pelayanan Publik, Pemkot Semarang, Edisi 05, 2008), selain itu pisang juga mengandung banyak serat kasar dan Potasium (The Fruits Page- HOME- 2008). Bukankah keistimewaan itu sangat cocok untuk kesehatan keluarga di musim penghujan ini.

Rata- rata bobot satu buah pisang adalah 125 gr, dengan kandungan air sebanyak 75% dan serat kasar 25%. Di dalam serat kasar tersebutlah berbagai macam mineral dan vitamin yang bisa kita dapatkan dengan jumlah kandungan seperti yang tertera pada tabel di bawah.

Setiap kita mengkonsumsi 1 buah pisang ( dengan bobot rata – rata 125 gr ), maka rata– rata kita akan mengkonsumsi zat gula sebanyak ± 12 gram. Apabila konsumsi tersebut dilakukan perhari, sudah barang tentu kita akan mendapatkan suplai sumber enerji.

Tabel kandungan zat gizi pisang per 100 g (3.5 oz)
• Energy 371 kJ (89 kcal)
• Karbohidrates 22.84 g
• Zat gula 12.23 g
• Serat Kasar 2.6 g
• Lemak 0.33 g
• Protein 1.09 g
• Vitamin A equiv. 3 ?g (0%)
• Thiamine (Vit. B1) 0.031 mg (2%)
• Riboflavin (Vit. B2) 0.073 mg (5%)
• Niacin (Vit. B3) 0.665 mg (4%)
• Pantothenic acid (B5) 0.334 mg (7%)
• Vitamin B6 0.367 mg (28%)
• Folate (Vit. B9) 20 ?g (5%)
• Vitamin C 8.7 mg (15%)
• Kalsium 5 mg (1%)
• Zat besi 0.26 mg (2%)
• Magnesium 27 mg (7%)
• Phosphor 22 mg (3%)
• Potassiu 358 mg (8%)
• Seng 0.15 mg (1%)
Berat satu buah pisang : 100–150 gr (Sumber: USDA Nutrient database)

Apalagi bila kita memperhatikan kandungan Vitamin C yang relativ tinggi dibanding buah lain, maka sangat disarankan kita mengkonsumsi minimal satu buah per hari, karena pisang disamping memiliki kandungan Vit. C yang memadai, pisang juga mengandung 8 asam amino essensial, yang tidak mampu dibuat di tubuh kita (The Fruit Pages- HOME – 2008 ).

Kelebihan pisang dibanding buah lain:
• Buah yang paling mudah didapat di daerah tropis.
• Meski mengandung zat gula yang tinggi, tetapi tetap aman bagi yang mengalami obesitas dengan konsumsi yang terbatas.
• Banyak mengandung asam folat yang bermanfaat bagi ibu hamil.
• Kandungan serat kasar pisang yang relatif tinggi memberi keuntungan tersendiri bagi kesehatan tubuh. Hal ini karena tubuh kita membutuhkan serat kasar buah atau sayuran per hari sebanyak 25 – 30 gram, seperti yang direkomendasikan The American Heart Association.
• Pada musim penghujan tubuh kita sangat rentan terhadap serangan Bakteri coli yang mengganas dan menyebabkan penyakit diare / muntaber. Dengan cukupnya Vitamin C yang kita konsumsi, jaringan epithel yang melindungi usus besar akan relativ aman.

Dengan banyaknya keunggulan pisang di banding dengan buah lainnya, maka buah pisang disarankan untuk dijadikan menu makanan penutup pada hidangan makan keluarga. Karena keluarga yang sehat adalah keluarga dambaan kita semua.

sumber: www.lkpk.org

MENGENAL BAHAN PENGAWET MAKANAN oleh Bpk Ir.Bambang Sukmadji

Memang telah menjadi kontroversi kita bersama sebagai masyarakat modern, bahwa makna hidup sehat yang kita dambakan justru semakin pelik diwujudkan, di satu sisi kita semakin mudah untuk mendapatkan kepuasan hidup, namun disisi lain semakin sulit untuk mendapatkan arti hidup sehat. Rupanya teknologi yang dicapai oleh masyarakat dunia belum mampu menjamin peningkatan kesehatan, justru malah semakin menambah ketergantungan manusia terhadap bahan kimiawi.

Betapa tidak, karena hanya semata-mata mendambakan menu makanan yang berimbang dan hygeinis, masyarakat kita harus merelakan mengkonsumi zat kimia berupa Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dikandung makanan dalam kemasan, tanpa memperhatikan dampak terhadap tubuh kita. Fakta tersebut dewasa ini telah akrab di tengah masyarakat kita. Oleh karena itu sangatlah bijaksana bila masyarakat perlu mendapatkan informasi tentang BTP tersebut.

Yang dimaksud Bahan Pengawet adalah bahan tambahan pangan yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian dan perusakan lainnya terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh fungi, bakteria dan mikroba lainnya (Pustekom, 2006).

Dengan penambahan zat tersebut ke dalam makanan kemasan, maka secara komersil membawa berbagai keuntungan tersendiri, yaitu tahan lama, tampak segar, praktis, siap dikonsumsi, “flavaourable” dan menyimpan nilai estitika lainnya. Sehingga dengan kelebihan cita rasa tersebut menjadikan manusia modern lebih menyukai makanan kemasan ketimbang makanan alami..

Beberapa jenis BTP Pengawet yang dijinkan oleh pemerintah menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor. 1168/MENKES/PER/X/1999 yang merupakan Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 722/MENKES/PER/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan yang diperbolehkan., adalah ”Asam Benzoat, Asam Propionat. Asam Sorbat, Belerang Dioksida, Etil p-Hidroksi, Benzoat, Kalium Benzoat, Kalium Bisulfit, Kalium Meta Bisulfit, Kalkum Nitrat, Kalium Nitril, Kalium Propionat, Kalium Sorbat, Kalium Sulfit, Kalsium Benzoit, Kalsium Propionat, Kalsium Sorbat, Natrium Benzoat, Metil-p-hidroksi Benzoit, Natrium Bisulfit, Natrium Metabisulfit, Natrium Nitrat, Natrium Nitrit, Natrium ppropionat, Natrium Sulfit, Nisin dan Propil-p-hidroksi-benzoit ”.

Adapun bahan tambahan makanan yang dilarang dalam penggunaannya karena dapat membahayakan kesehatan, adalah: ”Asam Borat dan senyawanya, Asam Salisilat dan garamnya Dietilpirokarbonat, Dulsin, Kalium Klorat, Kloramfenikol, Minyak Nabati yang dibrominasi, Formalin (Formaldehyde) dan Kalium Bromat ( Sumber : Pustekom 2006 ).

Formalin dan Boraks
Namun demikian adanya ulah pihak pihak yang tidak bertanggung jawab dan hanya mengedepankan keuntungan komersial belaka, memaksa mereka untuk menggunakan bahan pengawet yang yang umum terjadi dipasar bebeas meski tidak dijinkan oleh pemerintah, yaitu penggunaan formalin (bahan pengawet mayat) dan Boraks.

Formalin dihasilkan dari proses pengenceran Formaldehid ( 40 % ). Senyawa ini memiliki fungsi yang luas, diantaranya yaitu pada industri resin ( bahan dasar fiber), tekstil dan lain sebagainya; Khusus penggunaan di laboratorium, formalin berguna sebagai bahan pengawet, karena mampu membunuh semua jenis mikroorganisme pembusuk bahan. Selain itu Formalin memiliki bau yang keras dan menyengat.(Sumber: Reynolds, Martindale The Extra Pharmacopoeia, 30th ed, p717. NCBI).

Sudah barang tentu penggunaan formalin sebagai bahan pengawet pada makanan kemasan ataupun bahan makanan di pasar bebas (bakso, tempe, tahu, daging, ikan dan lain sebagainya) akan membahayakan kesehtan masyarakat. Apalagi dengan kadar di luar takaran dan sulit untuk dipantaiu oleh institusi terkait.

Pengaruh yang membahayakan tersebut, adalah : iritasi, alergi, kemerahan, mata berair, mual, muntah, rasa terbakar, sakit perut dan pusing. Efek pada kesehatan manusia terlihat setelah terkena dalam jangka waktu yang lama dan berulang: iritasi kemungkin parah, mata berair, gangguan pada pencernaan, hati, ginjal, pankreas, system saraf pusat, gangguan menstruasi dan karsinogen (menyebabkan kanker). Mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung formalin, efek sampingnya terlihat setelah jangka panjang ,karena terjadi akumulasi formalin dalam tubuh.

Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama natrium tetraborat, berbentuk krista llunak. Jika dilarutkan dalam air akan menjadi natrium hidroksida serta asam borat. Baik boraks maupun asam borat memiliki sifat antiseptik, dan biasa digunakan oleh industri farmasi sebagai ramuan obat misalnya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut, dan obat pencuci mata..

Efek negatif Boraks pada kesehatan manusia adalah terjadinya akumulasi (penumpukan) pada otak, hati, lemak dan ginjal. Pemakaian dalam jumlah banyak dapat menyebabkan demam, depresi, kerusakan ginjal, nafsu makan berkurang, gangguan pencernaan, kebodohan, kebingungan, radang kulit, anemia, kejang, pingsan, koma bahkan kematian.

Boraks juga dapat menimbulkan efek racun pada manusia, tetapi mekanisme toksisitasnya berbeda dengan formalin. Toksisitas boraks yang terkandung di dalam makanan tidak langsung dirasakan oleh konsumen. Boraks yang terdapat dalam makanan akan diserap oleh tubuh dan disimpan secara kumulatif dalam hati, otak, atau testis (buah zakar), sehingga dosis boraks dalam tubuh menjadi tinggi. Pada dosis cukup tinggi, boraks dalam tubuh akan menyebabkan timbulnya gejala pusing-pusing, muntah, mencret, dan kram perut. Bagi anak kecil dan bayi, bila dosis dalam tubuhnya mencapai 5 gram atau lebih, akan menyebabkan kematian. Pada orang dewasa, kematian akan terjadi jika dosisnya telah mencapai 10 – 20 g atau lebih.

Kekhawairan masyarakat terhadap bahaya bahan-bahan pengawet tersebut memang patut dicermati, lantaran penggunaan bahan tersebut menjadi tak terkontrol dipasar bebas. Melalui Warta Konsumen (1991), Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) melaporkan, sekitar 86,49 persen sampel mi basah yang diambil di Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya mengandung asam borat (boraks). Lalu 76,9 persen mi basah mengandung boraks dan formalin secara bersama-sama. YLKI juga melaporkan adanya boraks pada berbagai jajanan di Jakarta Selatan.

Meski survey tersebut dilakukan pada tahun 1991, namun karena tindakan BPOM yang tidak terpadu dan sistimatis dalam sidak perihal boraks dan formalin. Maka angka tersebutpun tidak akan berbeda jauh dengan kondisi tahun 2010.

Sebagian besar jenis bahan pengawet yang digunakan di masyarakat kuliner dunia, adalah bahan kimiawi yang digunakan untuk menghambat proses pembusukan, karena kemampuan bahan tersebut dalam membunuh pertumbuhan pathogen atau untuk menghentikan reaksi oksidasi bahan makanan.

Bahan Pengawet Makanan Lainnya
Beberapa bahan pengawet yang layak digunakan masyarakat dunia adalah sodium benzoat dan asam benzoic ; calcium, sodium propionat, asam propionik ; calcium, potassium, sodium sorbate, sorbic acid; sodium dan potassium sulfite.

Bahan pengawet yang akhir- akhir ini sering dan banyak digunakan adalah calcium, sodium ascorbate, and ascorbic acid (vitamin C); butylated hydroxyanisole (BHA) dan butylated hydroxytoluene (BHT); lecithin; sodium, potassium sulfite dan sulfur dioxide.

Jenis bahan pengawet (additif) yang berperan dalam menghambat reaksi oksidasi bahan makanan dikenal dengan istilah sequestrants. Sequestrants tersusun dari bagan ions logam, seperti Cu, Fe dan Ni. Ion ion tersebut bila dipindah dari permukaan bahan makanan akan mengakibatkan reaksi kimia oksidasi menjadi terhambat. Sehingga kebusukan makanan mampu diminimalkan. Beberapa contoh sequestrants tersebut, adalah asam ethylenediamine-tetraacetik (EDTA), asam sitrit, sorbitol, dan asam tartaric.

sumber: http://lkpk.org/2010/11/23/mengenal-bahan-pengawet-makanan/

Sabtu, 27 November 2010

Gangguan Sirkulasi part 4. Trombus

D. Trombis
Proses pembentukan pembekuan darah atau koagulum dalam sistem vaskular selama manusia masih hidup disebut trombosis. Koagulum darah dinamakan trombus. Akumulasi darah yang membeku diluar sistem vaskular tidak disebut sebagai trombus selain itu, bekuan yang terbentuk didalam sistem cardiovaskular setelah manusia meninggal tidak dinamakan trombus tetapi disebut bekuan postmortem. Trombosis jelas memiliki nilai adaptif yang berharga dalam kasus perdarahan, trombus bekerja efektif sebagai sumbatan emostasis. Namun, trombosis dapat menjadi masalah jika mekanisme pengaturan normal terganggu dan keadaan ini terbukti sangat berbahaya.

D.I Etiologi dan Patogenesis
Terdapat tiga kelompok faktor yang dapat mencegah pembentukan trombos yang tidak normal. Faktor pertama, sistem pembuluh normal mempunyai lapisan sel endotel yang lunak dan licin sehingga trombosit dan fibrin tidak mudah melekat. Faktor kedua, aliran darah normal dalam sistem pembuluh merupakan aliran yang cukup deras sehingga trombosit tidak terlempar ke permukaan dinding pembuluh. Faktor ketiga, mekanisme pembekuan masih mempunyai sejumlah pengaturan keseimbangan kimia untuk mengontrol pembentukan bekuan. Maka sesuai dengan hal tersebut, bekuan terbentuk secara tidak normal berdasarkan tiga keadaan yaitu: terdapat kelainan dan lapisan pembuluh; kelaianan aliran darah; peningkatan darah koagulasi darah itu sendiri. Aliran darah pada sirkulasi arteri merupakan aliran dengan tekanan dan kecepatan yang tinggi, dan arteri itu sendiri berdinding agak tebal dan tidak mudah berubah bentuk. Karena alasan ini tersering trombosit arteri adalah penyakit pada lapiran dan dinding arteri, khususnya artero sklerosis. Pada sirkulasi vena aliran darahnya merupakan aliran bertekanan rendah dengan kecepatan yang relatif rendah. Vena berdinding cukup tipis sehingga mudah berubah bentuk akibat tekanan-tekanan dari luar. Karena alasan ini, penyebab tersering trombosis vena adalah akibat berkurangnya aliran darah pada akhirnya, perubahan kimia dalam darah pasien dengan berbagai variasi penyakit menyebebkan hiperkoagulasi yang dapat menjadi komplikasi pada keadaan yang sudah diterangkan diatas.

D.II Morfologi dan Perjalanan Trombus
Trombus terdiri dari berbagai kombinasi agregasi trombosit, endapan fibrin, serta eritrosit dan leukosit yang terjaring. Konfigurasi yang tepat dari trombus bergantung pada keadaan tempat trombus tersebut terbentuk. Jika trombus mulai terbentuk dalam aliran darah unsur pertama yang sering adalah gumpalan trombosit yang melekat endotel. Hal ini dapat terjadi karena aliran darah abnormal memungkinkan trombosit berdiam pada endotel atau terlempar ke endotel; hal ini dapat terjadi karena lapisan endotel menjadi kasar, sehingga akan menciptakan tempat untuk egregasi trombosit. Sewaktu mengalami agregasi, trombosit melepaskan zat-zat yang mendorong terjadinya pengendapan fibrin, sehingga dengan segera agregasi trombosit tersebut dikelilingi oleh fibrin dan menjaring eritrosit. Gelombang peristiwa yang berturut-turut semacam ini dapat mengakibatkan struktur trombus menjadi kompleks dan berangka. Sebaliknya jika trombus terbentuk dalam pembuluh yang aliran darahnya lambat, maka bekuan darahnya hanya terdiri dari jalinan ditus fibrin yang menangkap unsur-unsur darah yang kurang lebih sama. Tetapi, berbeda dengan proses yang baru saja dijelaskan, bekuan postmortem terbentuk agak lambat sehingga unsur-unsur darah yang terbentuk berlapis-lapais sebelum bekuan mengeras, menyebabkan eritrosit, leukosit dan fibrin terpisah. Bekuan postmortem semacam itu cenderung lebih elastis dari trombus sejati dan sangat jarang melekat pada dinding pembuluh. Perbedaan ini dapat menjadi penting pada saat autopsi.
Trombus dapat terjadi dalam tiap bagian sistem kardiovaskular akibat berbagai macam sebab. Gambar menjelaskan trombus dalam sebuah vena provunda yang besar pada tungkai. Trombus semacam itu sering sekali dijumpai pada pasien yang harus terlentang lama di tempat tidur. Trombus ini timbul umumnya akibat laju aliran darah dalam vena-vena menurun, dan akibat kehilangan daya pompa aktivitas otot. Keadaan ini diperberat oleh melambatnya sirkulasi perifer akibat kegagalan jantung kronik. Flebotrombosis yaitu pembentukan trombus dalam vena, merupakan bahaya yang selalu ada bagi pasien yang harus berbaring di tempat tidur atau bagi pasien yang tidak dapat dimobilisasi. Trombus semacam ini relatif tenang atau dapat disertai dengan tanda-tanda dan gejala-gejala peradangan dinding pembuluh vena yang diduga akibat sekunder dari adanya trombus. Jika tanda-tanda peradangan menyolok, maka disebut tromboflebitis. Akibat yang paling ditakutkan dari trombus vena semacam itu adalah bila sebagian trombus terlepas kemudian terbawa dalam aliran darah dan tersangkut di tempat yang jauh.
Gambar di atas melukiskantrombus dalam atrium kiri jantung. Pada keadaan ini trombus terbentuk karena aliran abnormal dan pola sirkulasi melalui atrium yang dihubungkan dengan stenosis katup mitral. Kadang-kadang, trombus atrium semacam ini dapat bersifat seperti ”katup bola” yang mendadak menyumbat lubang atrioventrikular dan menimbulkan kematian mendadak. Trombus semacam ini lebih sering bertindak sebagai sumber fragmen yang didorong distal aliran darah.
Gambar di atas menunjukkan sebuah trombus pada katup jantung. Pada keadaan ini penyebabnya adalah infeksi bakteri pada katup tersebut, dan trombus itu disebut vegetasi. Vegetasi endokarditis infektif sangat berbahaya karena kerusakan lokal pada katup dan karena fragmen dapat didorong ke tempat-tempat lain dalam tubuh sehingga pembuluh-pembuluh lain dapat tersumbat dan terinfeksi.
Gambar di atas menggambarkan sebuah trombus dalam ventrikel kiri jantung. Trombus seperti iniyang melekat pada dinding sistem kardiovaskuler tetapi yang tidak menyumbat daerah tersebut dengan sempurna disebut sebagai tromus mural. Penyebab pembentukan trombus mural ventrikel adalah hipokinesis dinding jantung yang disebabkan oleh penyakit atau kematian dari miokardium yang ada di bawahnya.
Gambar di atas menunjukkan sebuah trombus di dalam arteri. Dalam gambar ini jelas tampak penebalan dinding arrteri dan dinding arteri kasar yang menjadi dasar terjadinya trombus. Dinding arteri yang kasar disebabkan oleh penyakit (aterosklerosis) dan merupaka faktor yang mempercepat terjadinya trombosis.
Seringkali, ketika pembentukan trombus tidak menimbulkan kematian, trombus dapat mengalami resolusi. Tubuh memiliki mekanisme fibrinolisis yang bersamaan dengan kerja leukosit dapat mengakibatkan disolusi bekuan. Setiap individu dapat membentuk trombus kecil dan mengalami resolusi tanpa pernah menimbulkan gejala klinis. Sebaliknya, beberapa trombus besar mengalami organisasi, disertai pertumbuhan jaringan granulasi yang masuk dari endotel pembuluh darah yang berdekatan. Pada keadaan ini, pembuluh yang terlibat dapat tersumbat secara permanen oleh jaringan parut. Kadang-kadang pembuluh darah yang terdapat dalam jaringan granulasi muda yang membentuk trombus, berorganisasi dan beranastomosis sedemikian rupa sehingga terbentuk saluran baru melalui tempat yang ditempati oleh trombus. Fenomena ini disebut rekanalisasi. Sayangnya, sebelum trombus mengalami organisasi atau resolusi, terdapat bagian trombus yang terlepas dan terdorong dalam aliran darah yang akhirnya tersangkut di tempat lain dan menymbat pembuluh lain.

D.III Efek
Akibat trombosis yang paling nyata mungkin terdapat pada kasus trombosis arteri. Jika arteri tersumbat oleh trombus maka, jaringan yang disuplai oleh arteri itu akan kehilangan suplai darah. Akibatnya dapat timbul kelainan fungsi jaringan hingga kematian jaringan atau kematian pasien. Akibat dari trombus vena agak berbeda. Jika salah satu vena tersumbat, kemungkinan darah akan menemukan jalan kembali ke jantung melalui beberapa saluran anastomosis. Hanya, jika vena besar yang tersumbat oleh trombus baru timbul gangguan lokal disertai kongesti pasif. Gangguan yang paling tidak menyenangkan akibat trombus vena adalah pemecahan trombus dan perjalanannya ke bagian distal tubuh. Demikian juga, pengaruh trombus jantung sebagian besar merupakan akibat perpindahan ke tempat lain dalam sistem kardiovaskular.

Gangguan Sirkulasi part 3. Pendarahan

C. Pendarahan
Perdarahan adalah keluaranya darah dari sistem kardiovaskuler, disertai penimbunan dalam jaringan atau dalam ruang ruang tubuh atau disertai keluarnya darah dari tubuh. Untuk menyatakan berbagai keadaan perdarahan digunakan istilah-istilah deskriptif khusus. Penimbunan darah dalam jaringan disebut hematoma. Jika darah masuk ke dalam berbagai ruang tubuh, maka dinamakan menurut ruangannya, misalnya hemoperikardium, hemotoraks (perdarahan ke dalam ruang pleura), hemoperitoneum, hematosalping (perdarahan ke dalam tuba Fallopi). Titik-titik perdarahan yang dapat dilihat pada permukaan kulit atau pada permukaan mukosa atau pada potongan permukaan organ disebut petekia. Bercak perdarahan yang lebih besar disebut ekimosis dan keadaan yang ditandai dengan bercak-bercak perdarahan yang tersebar luas disebut purpura.

C.I Etiologi
Penyebab perdarahan yang paling sering dijumpai adalah hilangnya integritas dinding pembuluh darah, yang memungkinkan darah keluar. Keadaan ini paling sering disebabkan oleh trauma eksternal seperti cedera yang pernah kita alami yang disertai memar. Perubahan warna pada memar disebabkan oleh darah yang terkumpul dalam ruang interstisial jaringan yang terkena trauma. Dinding pembuluh darah dapat pecah sebagai akibat suatu penyakit serta trauma.
Sejumlah mekanisme terdapat dalam tubuh untuk menekan perdarahan. Salah satu mekanisme hemostatis melibatkan trombosit darah yang dibuat dalam sum-sum tulang dan beredar dalam darah dengan jumlah yang besar. Trombosit bekerja secara langsung menyumbat kebocoran kecil dalam pembuluh dengan beragregasi di daerah tersebut dan menghambat aliran kebocorannya. Trombosit juga mengakibatkan hemostasis dengan mencetuskan mekanisme pembekuan darah. Komponen utama pembekuan darah adalah fibrin, yang dicetuskan dari prekursornya yang beredar bersama dalam sirkulasi yaitu fibrinogen.
Perdarahan mungkin disebabkan oleh kelainan mekanisme hemostasis ini. Misalnya, perdarahan yang menyertai suatu keadaan trombositopenia yaitu defisiensi jumlah trombosit dalam sirkulasi. Trombositopenia dapat timbul karena perusakan atau penekanan pada sumsum tulang (misalnya karena keganasan atau beberapa macam obat) yang berakibat kegagalan pembentukan trombositopenia juga dapat terjadi jika trombosit yang beredar dihancurkan dengan cepat seperti yang terjadi pada beberapa penyakit tertentu. Jika jumlah trombosit dalam darah perifer turun sampai dibawah batas tertentu, penderita mulai mengalami perdarahan spontan, yang berarti bahwa trauma akibat gerakan normal dapat mengakibatkan perdarahan yang luas. Defisiensi salah satu faktor pembekuan dapat juga mengakibatkan perdarahan. Defisiensi semacam ini dapat herediter misalnya hemofilia tetapi dapat juga karena didapat. Beberapa faktor pembekuan darah disintesis dalam hati dan pada penyakit hati yang lanjut maka kadar faktor tersebut dalam darah dapat turun dengan cepat. Sebaliknya, pada keadaan tertentu pembekuan darah yang berlebihan dapat mengakibatkan defisiensi trombosit dan atau faktor-faktor pembekuan yang bersifat di dapat. Biasanya hal ini menyangkut pembentukan banyak sekali bekuan-bekuan kecil seluruh tubuh yang dinamakan disseminated intravaskuler coagulation dan keadaan defisiensi yang bersifat didapat itu kadang-kadang disebut dengan istilah umum coagulopati consumtif

C.II Efek
Efek lokal perdarahan berkaitan dengan adanya darah yang keluar dari pembuluh di dalam jaringan, dan pengaruhnya dapat berkisar dari yang ringan hingga yang mematikan. Barangkali pengaruh lokal yang paling ringan adalah memar yang mungkin hanya mempunya arti kosmetik. Perubahan warna memar yang kebiru-biruan secara langsung berkaitan dengan adanya eristrosit yang keluar dan terkumpul di dalam jaringan. Eritrosit yang keluar dari pembuluh ini dipecahkan dengan cepat dan difagosit oleh makrofag yang ada sebagai bagian kesatuan dari respon peradangan. Makrofag ini memproses hemoglobin dengan cara yang sama seperti yang digunakan pada resiklus normal eritrosit tua, namun dengan cara yang lebih cepat dan terpusat. Pada saat hemoglobin di metabolisme dalam sel-sel makrofeg ini, terbentuk suatu kompleks yang mengandung besi yang dinamakan hemosiderin, bersamaan pula dengan terbentuknya zat yang tidak mengandung besi ke dalam jaringan dinamakan hematoidin (walaupun secara kimia identik dengan bilirubin). Hemosiderin berwarna coklat karat dan hematoidin berwarna kuning muda. Interkasi pigmen-pigmen ini berpengaruh pada perubahan warna memar yang berkisar dari biru kehitaman kemudian memudar menjadi coklat dan kuning, dan akhirnya menghilang karena makrofeg mengembara dan pemulihan jaringan yang sempurna. Kadang-kadang jika hematoma bervolume besar, hematoma tersebut lebih dapat mengalami organisasi dan bukan resolusi sempurna. Sehingga meninggalkan sedikit parut.
Pada keadaan ekstrim lain perdarahan lokal dapat mematikan jika terdapat ditempat yang salah walaupun volumenya kecil. Dengan demikian seperti yang terlihat pada gambar, volume perdarahan yang relatif kecil di daerah vital otak dapat menimbulkan kematian. Sama halnya jika beberapa ratus mililiter darah teraspirasi ke dalam cabang-cabang trakeobronkial, maka pasien dapat tercekik. Daerah lain yang dengan volume perdarahan yang relatif kecil sudah dapat menimbulkan kematian adalah kantong perikardium. Jika hemoperikardium timbul dengan cepat dan kuat, maka kantong fibrosa perikardium tidak mempunyai kesempatan untuk meregang, sehingga tekanan di dalam kantong meninggi dengan cepat sewaktu darah tertimbun. Kadang-kadang dengan tertimbunnya darah hanya beberapa ratus milliliter, tekanan yang timbul sudah cukup untuk mengganggu pengisian diastolik jantung. Sehingga dapat menyebabkan kematian akibat tamponade jantung.
Pengaruh sistemik akibat kehilangan darah berkaitan langsung dengan volume darah yang keluar dari pembuluh. Ketika sebagian besar volume darah dalam sirkulasi hilang seperti trauma masif penderita dapat sangat cepat meninggal karena perdarahan. Penderita dapat mengalami perdarahan, tanpa ada petunjuk perdarahan eksternal sama sekali. Ini terjadi jika darah yang keluar dari pembuluh terkumpul dalam rongga tubuh yang besar seperti rongga pleura atau rongga peritoneum. Jenis perdarahan internal yang mematikan ini sering sekali terjadi pada cedera yang berat akibat kecelakaan kendaraan bermotor, yaitu jika iga yang patah mengoyak paru atau trauma abdomen mengakibatkan ruptur, limpa atau hati. Volume perdarahan juga dapat memberikan pengaruh yang berkaitan dengan laju terjadinya kehilangan darah, kehilangan volume darah yang lebih besar dapat ditoleransi lebih baik jika terjadi sedikit demi sedikit dari pada terjadi secara cepat dalam jumlah yang besar.
Bila tidak mematikan kehilangan volume darah yang cukup banyak dan cepat dapat menimbulkan shock. Shock dapat disebabkan tidak saja oleh hilangnya volume darah tetapi juga oleh sebab-sebab neurogenik, sebab-sebab jantung atau bahkan menyertai sepsis sistemik. Walaupun berbagai sindrom shock berbeda penyebabnya tetapi sindrom tersebut pada dasarnya disertai dengan penurunan tekanan darah dan dengan hilangnya unsur yang mengontrol pengaturan aliran darah. Sehingga akhirnya mengakibatkan jaringan-jaringan vital tubuh tidak mendapatkan perfusi dan oksinegasi yang memadai.
Jika sebelum pasien dapat bertahan akibat kehilangan volume darah yang akut, maka volume darah yang beredar dapat diperoleh kembali dalam waktu singkat dengan memasukkan cairan ke dalam sistem cardiovascular. Hal ini mengakibatkan pengenceran relatif dari massa eritrosit yang tersisa dan pada saat itu penderita menemukan sedikit anemis. Pada keadaan tersebut sumsum tulang dirangsang untuk memproduksi eritrosit lebih cepat, sedikit demi sedikit anemia dapat diatasi pada kehilangan darah kronik dengan volume yang relatif sedikit, kemampuan kompensasi sumsum tulang dapat terlewati, dan penderita secara progresif menjadi lebih anemis. Pasien yang kehilangan darah secara kronik lebih menunjukkan tanda-tanda dan gejala anemia daripada tanda dan gejala karena kehilangan darah itu sendiri. Dengan demikian, banyak penderita kanker kolom yang tanpa sadar sudah berbulan-bulan mengeluarkan darah di dalam tinjanya, mencari pengobatan karena cepat lelah, pucat atau tidak bertenaga. Kehilangan darah yang tidak disadari dan bersifat kronik merupakan sebuah pertimbangan yang harus dipikirkan dalam menyelidiki berbagai
kasus anemia.

Gangguan Sirkulasi part 2. Edema

B. Edema
Edema adalah penimbunan cairan yang berlebihan di antara sel-sel tubuh atau dalam berbagai organ tubuh, beberapa ahli juga menyebutkan definisi ’penimbunan cairan yang berlebihan dalam sel’. Cairan yang mengumpul dalam sebuah rongga, biasanya dinamakan efusi, misalnya efusi perikardium dan efusi pleura. Penimbunan cairan di dalam rongga peritoneum biasanya disebut asites. Edema umum yang masih sering disebut anasarka. Hidrops dan dropsi adalah istilah yang dulu dipakai untuk menyatakan edema.

B.I Etiologi dan Patogenesis
Timbulnya edema dapat diterangkan dengan mempertimbangkan berbagai gaya yang pada keadaan normal mengatur pertukaran cairan melalui dinding pembuluh. Faktor-faktor lokal mencakup tekanan hidrostatik dalam mikrosirkulasi dan permeabilitas dinding pembuluh. Kenaikan tekanan hidrostatik cenderung memaksa cairan masuk ke dalam ruang interstisial tubuh. Karena alasan yang sederhana ini, kongesti dan edema cenderung terjadi secara bersamaan. Seperti yang sudah diterangkan dalam pembicaraan peradangan, maka kenaikan lokal permeabilitas dinding pembuluh terhadap protein memungkinkan molekul-molekul besar ini lolos dari pembuluh, dan secara osmotik cairan akanmenyertainya. Oleh karena itu, edema adalah bagian yang mencolok dari reaksi peradangan akut. Penyebab lokal lain pembentuk edema adalah obstruksi saluran limfatik, yang pada keadaan normal bertanggung jawab atas pengaliran cairan iterstisial. Jika saluran ini tersumbat karena alasan apapun, maka jalan keluar cairan yang penting ini akan hilang, mengakibatkan penimbunan cairan, yang disebut limfedema. Limfedema terdapat pada berbagai peradangan yang mengenai pembuluh limfatik, mungkin paling sering dijumpai secara tidak sengaja setelah eksisi atau iradiasi limfatik lokal sebagai bagian dari terapi kanker. Contoh khas jenis edema ini adalah pembengkakan pada ekstremitas atas yang kadang-kadang terlihat setelah mastektomiradikal dengan pemotongan kelenjar getah bening aksila.
Faktor-faktor sistemik dapat juga mempermudah pembentukan edema. Karena keseimbangan cairan bergantung pada sifat-sifat osmotik protein serum, maka keadaan yang disertai oleh penurunan konsentrasi protein ini dapat mengakibatkan edema. Pada sindrom nefrotik, sejumlah besar protein hilang dalam urine dan penderita menjadi hipoproteinemia dan edema. Hipoproteinemia pada penyakit hati tahap lajut juga dapat mempermudah pembentukan edema.

B.II Transudat dan Eksudat
Cairan yang tertimbun di dalam jaringan atau ruangan karena bertambahnya permeabilitas pembuluh terhadap protein disebut eksudat. Jadi, edema peradangan merupakan eksudat. Cairan yang tertimbun di dalam jaringan atau ruangan karena alasan-alasan lain bukan akibat dari perubahan permeabilitas pembuluh disebut transudat. Gagal jantung merupakan penyebab utama pembentukan transudat. Kadang-kadang penting secara klinis untuk menentukan apakah penimbunan cairan tertentu itu merupakan transudat atau aksudat. Sebagai contoh, bila terdapat cairan eksudat di rongga pleura, dapat menyebabkan fibrotoraks (yaitu pleura parietal dan pleura visceral menyatu karena melekatnya fibrosa; dengan demikian untuk mengalirkan eksudat dibutuhkan slang drainase). Komplikasi itu tidak terjadi bila cairan pada pleura adalah transudat dan biasanya tidak memerlukan slang drainase. Eksudat dengan sifatnya yang alami cenderung mengandung lebih banyak protein daripada transudat dan oleh karena itu eksudat cenderung mempunyai berat jenis yang lebih besar. Selain itu, protein eksudat sering mengandung fibrinogen, yang akan mengendap sebagai fibrin, sehingga dapat menyebabkan pembekuan cairan eksudat. Transudat umumnya tidak membeku. Akhirnya, eksudat biasanya mengandung leukosit sebagai bagian dari proses peradangan, sedangkan transudat cenderung tidak banyak mengandung sel.

B.III Morfologi
Morfologi edema secara sederhana menyangkut pembengkakan bagin yang terkena pengaruh karena terlalu banyak cairan yang terkadung dalam ruang interstisial. Pembengkakan tersebut umumnya lunak dan dapat digerakkan, kecuali jika cairannya sebagian besar berada dalam ruang intraselular. Ciri yang terakhir ini digunakan secara klinis dalam menentukan diagnosis derajat edema yang tidak jelas. Walaupun mata kaki yang bengkak secara masif mudah didiagnosis hanya dengan inspeksi, edema ringan mungkin dapat juga ditemukan tanpa penglihatan khusus. Pada keadaan ini, tekanan ringan ibu jari pada sisi mata kaki akan memindahkan sedikit cairan edema untuk sementara, dan jika ibu jari dilepaskan akan terlihat lekukan pada jaringan yang berlangsung selama beberapa saat. Keadaan inidisebut pitting edema. Mobilitas cairan edema yang sama di dalam jaringan interstisial bertanggung jawab atas efek postural tertentu. Kadang-kadang, pada saat dimasukkan ke dalam rumah sakit untuk pertama kalinya, pasien terlihat menderita edem mata kaki, sebab selama penderita masih berjalan, edema akan bergerak menurut gravitasi sehingga akan terkumpul pada ekstremitas bawah. Namun, jika penderita sudah berada di tempat tidur untuk beberapa lama, dengan ekstremitas bawah tidak lagi berada pada posisi terendah, maka edema mata kaki akan mengecil dan dapat terlihat edema di sekitar sakrum.

B.VI Efek
Edema adalah suatu indikator penting untuk mengetahui ada sesuatu yang salah. Dengan kta lain, mata kaki yang membengkak tersebut tidak membahayakan pasien, mungkin hanya tidak indah dipandang, tetapi keadaan ini dapat menjadi indikator akan adanya protein yang hilang atau gagal jantung kongestif. Pada temapat-tempt tertentu, edema itu sendiri sangat penting. Edema paru yang hebat, seperti pada gagal jantung kiri merupakan keadaan darurat medis akut. Jika cukup banyak ruangan udara dalam paru terisi cairan edema, maka secara harfiah penderita itu akan mati tenggelam. Edema paru masif dapat mematikan dalam waktu beberapa menit. Derajat edema paru yang lebih ringan yang masih dapat ditoleransi kerja ventilasinya dapat membahayakan pasien yang harus telentang di tempat tidur. Pada keadaan ini cairan dapat terkumpul di bagian posterior basis paru dan berperan sebagai fokus berkembangnya bakteri pneumonia, disebut pneumonia hipostatik. Edema juga membahayakan nyawa jika mengenai otak karena tengkorak merupakan suatu ruangan tertutup tanpa ruangan cadangan. Ketika terjadi edema, otak membengkak dan tertekan pada tulang pembatas tengkorak. Pada beberapa segi, pada kasus kasus yang berat, peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan aliran darah dalam otak dan mengakibatkan kematian.

Gangguan Sirkulasi part 1. Kongesti

A. Kongesti (Hiperemia)
Kongesti adalah berlimpahnya darah dalam pembuluh di region tertentu. Kata lain untuk kongesti adalah hiperemia. Jika dilihat dari mata telanjang, maka daerah jaringan atau organ yang mengalami kongesti berwarna lebih merah karena bertambahnya darah di dalam jaringan tersebut. Secara mikroskopis, kapiler-kapiler dalam jaringan yang hiperemia terlihat melebar dan penuh berisi darah. Pada dasarnya kongesti terbagi dua yaitu (1) kongesti aktif dan (2) kongesti pasif.

A.I Kongesti Aktif
Jika aliran darah ke dalam jaringan atau organ bertambah dan menimbulkan kongesti, maka fenomena ini disebut kongesti aktif, artinya lebih banyak darah mengalir secara aktif ke dalam jaringan atau organ itu. Kenaikan aliran darah lokal ini disebabkan oleh adanya dilatasi arterior yang bekerja sebagai katup yang mengatur aliran darah ke dalam mikrosirkulasi lokal. Contoh kongesti aktif yang sering dijumpai adalah hiperemia yang menyertai radang akut, hal ini yang menyebabkan terjadinya kemerahan. Contoh kongesti aktif lain adalah warna merah padam pada wajah, yang pada dasarnya adalahvasodilatasi yang timbul akibat respon terhadap stimulus neurogenik. Karena sifatnya yang sangat alamiah, kongesti aktif sering terjadi dalam waktu singkat. Bila rangsngan terhadap dilatasi arterior berhenti, aliran darah ke daerah tersebut akan berkurang dan keadaan menjadi normal kembali.

A.II Kongesti Pasif
Sesuai dengan namanya, kongesti pasif tidak menyangkut kenaikan jumlah darah yang mengalir ke suatu daerah melainkan lebih merupakan gangguan aliran darah dari daerah tersebut. Semua yang menekan venul-venula dan vena-vena yang mengalirkan darah dari jaringan dapat menimbulkan kongesti pasif. Jika torniket elastis dipasang di lengan sebelum terjadi aliran darah dari vena, terjadilah betuk kongesti pasif artifisial. Suatu perubahan yang serupa tetapi yang lebih berarti dapat terjadi, misalnya oleh tumor yang menekan aliran vena lokal dari suatu daerah. Selain sebab-sebab lokal, kongesti pasif dapat juga disebabkan oleh sebab-sebab sentral atau sistemik yang dapat mengganggu drainase vena. Kadang-kadang jantung gagal memompa darah, yang dapat mengakibatkan gangguan drainase vena. Misalnya, kegagalan jantung kiri mengakibatkan aliran darah yang kembali ke jantung dari paru akan terganggu. Dalam keadaan ini darah akan terbendung dalam paru, menimbulkan kongesti pasif pembuluh darah paru.
Kongesti pasif mungkin relatif berlangsung dalam waktu singkat, dalam hal ini diberi istilah kongesti pasif akut, atau dapat juga berlangsung lama, keadaan ini diberi nama kongesti pasif kronik. Jika kongesti pasif terjadi secara singkat maka tidak ada pengaruh pada jaringan yang terkena, sebaliknya kongesti pasif kronik akan menyebabkan perubahan-perubahan permanen pada jaringan. Bila perubahan yang terjadi ini cukup nyata, maka terjadi hipoksia jaringan yang menyebabkan menciutnya jaringan atau bahkan hilangnya sel-sel dari jaringan yang terkena tersebut. Pada organ-organ tertentu, hal ini juga mengakibatkan kenaikan jumlah serabut fibrosa jaringan ikat. Pada banyak daerah juga terdapat bukti adanya pemecahan sel darah merah lokal, yang mengakibatkan pengendapan pigmen yang berasal dari hemoglobin di dalam jaringan.
Pengaruh kongesti pasif kronik khususnya dapat terlihat pada hati dan paru. Pada paru yang terserang dinding ruang udara cenderung menebal dan banyak sekali makrofag yang mengandung pigmen hemosiderin, pigmen ini terbentuk sebagai hasil pemecahan hemoglobin dari sel-sel darah merah yang lolos dari pembuluh darah yang mengalami kongesti ke dalam ruang udara. Makrofag yang mengandung hemosiderin itu disebut sel gagal jantung dan dapat ditemukan dalam sputum penderita gagal jautng kronik. Pada hati yang terserang, kongesti pasif kronik mengakibatkan dilatasi yang nyata dari pembuluh darah di sentral tiap lobulus hati, disertai penyusutan sel-sel hati di daerah ini. Akibat dari keadaan ini adalah penampilan kasar yang mencolok dari hati yang ditimbulkan olah hiperemia daerah senrtrolobular diselingi daerah-daerah perifer tiaqp lobulus yang lebih sedikit terpengaruh. Penampilan secara makroskopis ini kadang-kadang disebut sebagai ”nutmeg liver” karena gambaran potongan permukaan hati yang mirip dengan potongan permukaan buah pala.
Akibat lain dari kongesti pasif kronik adalah dilatasi vena di daerah yang terkena. Akibat teregang secara kronik, dinding vena yang terkena menjadi agak fibrotik, dan vena-vena itu cenderung memanjang. Karena terfiksasi pada berbagai tempat sepanjang perjalanannya, maka vena menjadi berkelok-kelok di antara titik-titik fiksasi. Vena-vena yang melebar, agak berkelok-kelok, berdinding tebal itu disebut vena varikosa atau varsises. Varises pada tungkai sering terlihat, juga sring dijumpai hemoroid yang sebenarnya merupakan varises pada anus.

Definisi, Manfaat, Jenis dan Sumber Antioksida

Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam. Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda, memperlambat, dan mencegah proses oksidasi lipid. Dalam arti khusus, antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terbentuknya reaksi radikal bebas (peroksida) dalam oksidasi lipid. Untuk kehidupannya, manusia maupun hewan tergantung pada oksigen. Oksigen yang esensial berguna untuk kehidupan, bekerja melalui mekanisme reaksi berurutan di dalam sel-sel tubuh, mempunyai batasan fungsi dan kemudian dapat memberikan efek samping. Reaksi oksidasi yang lebih kompleks akan menghasilkan radikal bebas, yang apabila tidak terdapat system antioksidan, akan menghancurkan elemen vital sel-sel tubuh. Nampaknya secara praktis, semua penyakit yang menimpa manusia melibatkan oksidasi pada tingkat subseluler dari sel, apakah sebagai penyebab atau sebagai reaksi lanjutan. Selanjutnya kerusakan jaringan akan merupakan bagian atau keseluruhan gejala patologi.
Hidup dapat menimbulkan perubahan di dalam sel misalnya karena konsumsi pangan yang tidak seimbang, konsumsi lemak hewani secara berlebihan, makanan diasap atau alkohol, kurang mengkonsumsi sayuran, atau karena kontaminasi pada lingkungan (pekerja tambang, polisi lalu lintas, perokok). Beberapa macam penyakit degeneratif di mana radikal bebas (reaksi oksidasi) berperan sebagai faktor penyebabnya antara lain : penyakit ginjal, diabetes, kardiovaskuler dan kanker. Teh mengandung sejumlah besar flavonoid, termasuk katekin, epikatekin, kuersetin, epigalokatekin, epikatekin galat dan epigalokatekin galat. Katekin dan kuersetin dapat menghambat oksidasi terhadap LDL serta menjaga sel-sel limfoid terhadap efek sitotoksik dari LDL teroksidasi. Katekin dapat memperlambat oksidasi terhadap plasma darah bersama dengan antioksidan eksogen seperti α-tokoferol dan β-karoten. Minum teh dapat menghambat ekspresi dalam paru-paru. Ekstrak polifenol teh menstimulir ekspresi enzim detoksikasi dalam kultur sel hepatoma.
Di beberapa tempat di Perancis, angka kematian penduduk akibat penyakit jantung koroner rendah, padahal konsumsi asam lemak jenuh tinggi dan kadar kolesterol plasma juga tinggi dan hal ini dikenal sebagai ”French paradox”. Tingginya konsumsi anggur (wine) merah ditemukan berkorelasi dengan ”French paradox” tersebut. Anggur (wine) merah mengandung banyak senyawa fenolik seperti p-koumarat, sinnamat, kaffeat, ferulat, asam vanilat yang dapat menghambat oksidasi terhadap LDL.
Jahe (Zingiber officinale, Roscoe) merupakan salah satu rempah yang umum digunakan untuk keperluan rumah tangga dan secara universal diketahui juga dapat dimanfaatkan untuk kesehatan. Antioksidan utama yang terkandung dalam jahe adalah gingerol, shogaol dan gingeron. Ekstrak jahe mempunyai sifat antioksidan, karena dapat ”menangkap” anion superoksida dan radikal hidroksil. Hasil percobaan menggunakan mikrosom hati tikus menunjukkan bahwa gingerol yang diisolasi dari rimpang jahe pada konsentrasi tinggi dapat menghambat pembentukan kompleks askorbat-besi (ferro) yang dapat menginduksi peroksidasi lipid. Demikian juga gingerol dari jahe dapat menghambat fungsi platelet karena dapat menghambat pembentukan tromboksan dan dapat menghambat terjadinya peradangan (inflamasi). Selain itu, ekstrak jahe dapat pula menghambat biosintesis kolesterol dalam hati.
Banyak bukti yang mendukung terdapatnya efek protektif dari konsumsi sayuran dan buah-buahan dalam jumlah banyak terhadap risiko timbulnya kanker dan penyakit akibat penuaan lainnya. Konsumsi sayuran dan buah-buahan dalam jumlah tinggi, telah terbukti dapat mencegah timbulnya osteoporosis dengan cara menjaga densitas tulang tetap baik, menurunkan risiko timbulnya penyakit kardio-vaskuler, serta mencegah kanker prostat dan kanker paru-paru.
         Antioksidan dibagi dalam dua golongan besar yaitu yang larut dalam air dan larut dalam lemak. Setiap golongan dibagi lagi dalam grup yang lebih kecil. Sebagai contoh adalah antioksidan dari golongan vitamin, yang paling terkenal adalah Vitamin C dan Vitamin E. Vitamin C banyak kita peroleh pada buah-buahan sedangkan vitamin E banyak diperoleh dari minyak nabati. Antioksidan dari golongan Enzim seperti golongan enzim Superoksida Dismutse (SODs), Katalase, dan Peroksidase. Antioksidan golongan Karotenoid seperti likopen dan Karoten yang banyak terdapat pada buah dan sayuran. Golongan antioksidan lain yang terkenal adalah antioksidan dari senyawa polifenol dan yang paling banyak diteliti adalah dari golongan flavonoid yang terdiri dari flavonols, flavones, catechins, flavanones, anthocyanidins, dan isoflavonoids. Sumber senyawa polifenol adalah dari teh, kopi, buah-buahan, minyak zaitun, cinnamon, dan sebagainya. Contohnya yang terkenal adalah Resveratrol yang ditemukan pada buah anggur, Epigalokatekingalat adalah contoh senyawa polifenol yang terdapat pada teh hijau, theaflavin pada teh hitam dan sebagainya. 
Berdasarkan sumber perolehannya ada 2 macam antioksidan, yaitu antioksidan alami merupakan antioksidan hasil ekstraksi bahan alami dan antioksidan buatan (sintetik) merupakan antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia.

Maba Love Senior!!!

Aq meLiHatx tnpa heNti, tp tak urung matax meliHatQ! Dy hanya sbuk dgn r0k0k n hapeX!
Mungkin ada SSe0rang d bAlik sana yg memenjarakan hAtix!
Kuc0bA mendEkat, tp teTap jarakx jauh tak trjangKau, apalah aRti se0Rang MAbA??

Kuduk merinding, wajahQ naNar, hatiQ sayat, tiAp kali Qdapati mereka mengerumunix!
Ada eg0iS brcAmpur benCi, jauh d daSar hatiQ brkata dy milikQ!

Sgala daya uPya, agar aQ nampak d matax, skeDar agar b0la mata i2 memandangQ sejenak, tak Qtau sberapa keras usahaQ, kau tTap tak trjangkau!

Andai, aQ bs teriak, marah, memaki, memuja, smw apResiaSi hatiQ, tapi muluTQ tTap mengatUp!

Kasta-muw yg brbeDa, seakan mengingatkanQ, "aQ maSiH mAbA"!!

IngIn QmenyentUh, mengGengGam, brjalan brdampingan, brcerita, tnpa ada raSa takuT, tnpa ada raSa kwatIr krna aQ maBa!

Aq menc0bA merangkak perlahan, menjankau dudukmuw yg tdak setara dgnQ, mrambAh duniamuw yg sangat aSing! Menxadari betapa kita tdak bs brSAma!

Mengagumimuw adalah keindahan!
MeliHatmu adalah keberuntUngan!
Mengenalmu adl keajaibAn n brSamamuw adl miMpi yg trindah!
Tuhan, jngn bAngunkan aQ dr miMpi! Krna, aQ tdak inGin ini brakHir!