Cari Blog Ini

Sabtu, 27 November 2010

Gangguan Sirkulasi part 1. Kongesti

A. Kongesti (Hiperemia)
Kongesti adalah berlimpahnya darah dalam pembuluh di region tertentu. Kata lain untuk kongesti adalah hiperemia. Jika dilihat dari mata telanjang, maka daerah jaringan atau organ yang mengalami kongesti berwarna lebih merah karena bertambahnya darah di dalam jaringan tersebut. Secara mikroskopis, kapiler-kapiler dalam jaringan yang hiperemia terlihat melebar dan penuh berisi darah. Pada dasarnya kongesti terbagi dua yaitu (1) kongesti aktif dan (2) kongesti pasif.

A.I Kongesti Aktif
Jika aliran darah ke dalam jaringan atau organ bertambah dan menimbulkan kongesti, maka fenomena ini disebut kongesti aktif, artinya lebih banyak darah mengalir secara aktif ke dalam jaringan atau organ itu. Kenaikan aliran darah lokal ini disebabkan oleh adanya dilatasi arterior yang bekerja sebagai katup yang mengatur aliran darah ke dalam mikrosirkulasi lokal. Contoh kongesti aktif yang sering dijumpai adalah hiperemia yang menyertai radang akut, hal ini yang menyebabkan terjadinya kemerahan. Contoh kongesti aktif lain adalah warna merah padam pada wajah, yang pada dasarnya adalahvasodilatasi yang timbul akibat respon terhadap stimulus neurogenik. Karena sifatnya yang sangat alamiah, kongesti aktif sering terjadi dalam waktu singkat. Bila rangsngan terhadap dilatasi arterior berhenti, aliran darah ke daerah tersebut akan berkurang dan keadaan menjadi normal kembali.

A.II Kongesti Pasif
Sesuai dengan namanya, kongesti pasif tidak menyangkut kenaikan jumlah darah yang mengalir ke suatu daerah melainkan lebih merupakan gangguan aliran darah dari daerah tersebut. Semua yang menekan venul-venula dan vena-vena yang mengalirkan darah dari jaringan dapat menimbulkan kongesti pasif. Jika torniket elastis dipasang di lengan sebelum terjadi aliran darah dari vena, terjadilah betuk kongesti pasif artifisial. Suatu perubahan yang serupa tetapi yang lebih berarti dapat terjadi, misalnya oleh tumor yang menekan aliran vena lokal dari suatu daerah. Selain sebab-sebab lokal, kongesti pasif dapat juga disebabkan oleh sebab-sebab sentral atau sistemik yang dapat mengganggu drainase vena. Kadang-kadang jantung gagal memompa darah, yang dapat mengakibatkan gangguan drainase vena. Misalnya, kegagalan jantung kiri mengakibatkan aliran darah yang kembali ke jantung dari paru akan terganggu. Dalam keadaan ini darah akan terbendung dalam paru, menimbulkan kongesti pasif pembuluh darah paru.
Kongesti pasif mungkin relatif berlangsung dalam waktu singkat, dalam hal ini diberi istilah kongesti pasif akut, atau dapat juga berlangsung lama, keadaan ini diberi nama kongesti pasif kronik. Jika kongesti pasif terjadi secara singkat maka tidak ada pengaruh pada jaringan yang terkena, sebaliknya kongesti pasif kronik akan menyebabkan perubahan-perubahan permanen pada jaringan. Bila perubahan yang terjadi ini cukup nyata, maka terjadi hipoksia jaringan yang menyebabkan menciutnya jaringan atau bahkan hilangnya sel-sel dari jaringan yang terkena tersebut. Pada organ-organ tertentu, hal ini juga mengakibatkan kenaikan jumlah serabut fibrosa jaringan ikat. Pada banyak daerah juga terdapat bukti adanya pemecahan sel darah merah lokal, yang mengakibatkan pengendapan pigmen yang berasal dari hemoglobin di dalam jaringan.
Pengaruh kongesti pasif kronik khususnya dapat terlihat pada hati dan paru. Pada paru yang terserang dinding ruang udara cenderung menebal dan banyak sekali makrofag yang mengandung pigmen hemosiderin, pigmen ini terbentuk sebagai hasil pemecahan hemoglobin dari sel-sel darah merah yang lolos dari pembuluh darah yang mengalami kongesti ke dalam ruang udara. Makrofag yang mengandung hemosiderin itu disebut sel gagal jantung dan dapat ditemukan dalam sputum penderita gagal jautng kronik. Pada hati yang terserang, kongesti pasif kronik mengakibatkan dilatasi yang nyata dari pembuluh darah di sentral tiap lobulus hati, disertai penyusutan sel-sel hati di daerah ini. Akibat dari keadaan ini adalah penampilan kasar yang mencolok dari hati yang ditimbulkan olah hiperemia daerah senrtrolobular diselingi daerah-daerah perifer tiaqp lobulus yang lebih sedikit terpengaruh. Penampilan secara makroskopis ini kadang-kadang disebut sebagai ”nutmeg liver” karena gambaran potongan permukaan hati yang mirip dengan potongan permukaan buah pala.
Akibat lain dari kongesti pasif kronik adalah dilatasi vena di daerah yang terkena. Akibat teregang secara kronik, dinding vena yang terkena menjadi agak fibrotik, dan vena-vena itu cenderung memanjang. Karena terfiksasi pada berbagai tempat sepanjang perjalanannya, maka vena menjadi berkelok-kelok di antara titik-titik fiksasi. Vena-vena yang melebar, agak berkelok-kelok, berdinding tebal itu disebut vena varikosa atau varsises. Varises pada tungkai sering terlihat, juga sring dijumpai hemoroid yang sebenarnya merupakan varises pada anus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar